Menyesuaikan Kurikulum Pendidikan: Tantangan Konteks Lokal

Admin_sma2mlang/ Juli 11, 2025/ Berita

Kurikulum pendidikan yang terpusat dan kurang adaptif dengan konteks sosial, budaya, dan kebutuhan ekonomi lokal menjadi tantangan serius. Ini bisa membuat pembelajaran terasa tidak relevan bagi siswa di daerah tertentu. Misalnya, yang terlalu teoritis di daerah agraris atau maritim mungkin kurang memberikan keterampilan praktis yang dibutuhkan siswa untuk kehidupan atau pekerjaan di komunitas mereka setelah lulus, menghambat ajar.

Inti masalah kurikulum pendidikan yang tidak adaptif adalah pendekatan ‘satu ukuran untuk semua’. Indonesia memiliki keragaman geografis, budaya, dan ekonomi yang luar biasa. Kurikulum yang seragam dari pusat seringkali gagal mengakomodasi kekhasan daerah, membuat siswa merasa apa yang mereka pelajari di sekolah jauh dari realitas kehidupan sehari-hari dan potensi karier mereka, memicu ketidakminatan belajar.

Dampak langsung dari kurikulum pendidikan yang kurang relevan adalah rendahnya motivasi belajar siswa. Mereka mungkin merasa materi pelajaran tidak berguna untuk masa depan mereka, terutama jika tidak ada kaitan dengan mata pencarian lokal. Ini dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik dan angka putus sekolah yang lebih tinggi, menghambat sumber daya manusia di daerah.

Misalnya, di daerah agraris atau maritim, yang didominasi teori tanpa praktik nyata tentang pertanian modern atau perikanan berkelanjutan akan terasa hampa. Siswa tidak mendapatkan keterampilan konkret yang bisa langsung diterapkan setelah lulus, sehingga mereka tidak siap untuk berkontribusi pada ekonomi lokal atau mengembangkan usaha berbasis potensi daerah, membatasi pilihan karier mereka.

Selain itu, kurikulum pendidikan yang tidak adaptif juga menghambat pelestarian budaya lokal. Materi ajar yang minim mengangkat kearifan lokal, sejarah, atau seni budaya daerah dapat membuat siswa kehilangan identitas. Ini merugikan warisan budaya dan melemahkan ikatan siswa dengan komunitas mereka, menghambat pembentukan karakter berbasis budaya.

Pemerintah sebenarnya telah mengupayakan fleksibilitas melalui muatan lokal atau proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Namun, implementasinya masih memerlukan dorongan kuat, termasuk pelatihan guru untuk mengembangkan materi yang relevan secara lokal, serta dukungan bagi sekolah untuk berkolaborasi dengan komunitas dan industri setempat. Ini memastikan kurikulum pendidikan yang benar-benar berpusat pada siswa.

Share this Post